Bambang Setia Budi
Asisten Profesor, Kelompok Keahlian Sejarah Teori Kritik Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi Bandung
Email korespondensi: bambang@ar.itb.ac.id
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis perubahan dan perkembangan fisik arsitektural Masjid Taluk atau Taluak, di Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Ini penting karena telah banyak terjadi perubahan fisik arsitektural dari sejak pertama kali dibangun hingga saat ini baik disebabkan karena penambahan/pengurangan elemen-elemen baru atau karena renovasi akibat gempa yang sering terjadi di wilayah Sumatra Barat. Terkait hal ini akan diklarifikasi dan diinvestigasi perubahan apa saja, kapan, dan seperti apa perubahannya didiskusikan lebih detil dalam makalah ini. Selain itu, masjid ini merupakan satu-satunya masjid kuno di Sumatra Barat yang paling banyak difoto di masa Kolonial Hindia Belanda, terbukti dengan banyaknya foto lama khususnya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sehingga pada tiap-tiap perubahannya dapat ditelusuri dan dirunut dengan baik dan teliti. Data-data diambil dari foto-foto lama koleksi dari berbagai sumber baik melalui buku maupun internet/website yakni dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), Tropenmuseum, dan Rijksmuseum Amsterdam serta survey lapangan untuk kondisi terkini di tahun 2009 dan 2017. Dari analisis didapat bahwa telah dan terus terjadi perubahan yang terus menerus seperti dari tidak adanya menara, kemudian ada menara, hingga tidak ada lagi menaranya, perubahan penggunaan material dari kayu ke bata yang sangat masif atau material atap ijuk ke seng, dan munculnya ruang dan fasad baru hingga hilangnya ekspresi lantai bangunan panggung yang menjadi salah satu karakteristik penting bangunan masjid kuno di Sumatra Barat. Secara umum, bahwa perubahan-perubahan ini khususnya sejak pergeseran ke material bata dan seng serta fasad yang baru sebenarnya telah semakin terjadi penurunan kualitas arsitektural dari sebuah bangunan warisan cagar budaya.
Kata-kunci : masjid, masjid taluk, agam, perkembangan, arsitektural
Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 6.
I 179-190