Atthaillah1, Shine Risty Eka Indriannisa2, Nova Purnama Lisa3, Bambang Karsono4
1,3,4 Dosen Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe.
2 Mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe.
Email korespondensi: bkarsono@unimal.ac.id
Abstrak
Fenomena kemunduran kota (urban decline) di negara industri maju kini perlahan mulai terjadi di negara berkembang. Deindustrialisasi yang didefinisikan sebagai kemunduran sektor manufaktur menyebabkan perubahan sosial, ekonomi dan kemudian terjadi pergeseran aktivitas perkotaan. Para peneliti memperkirakan bahwa satu dari enam kota di seluruh dunia yang bergantung pada kegiatan produksi minyak dan gas bumi akan mengalami dampak fenomenologis ini. Dengan mengambil Lhokseumawe, Aceh sebagai contoh, artikel ini berusaha mengungkap kemungkinan dan peluang dalam mengidentifikasi penyebab dan penelusuran kembali pada kemunduran tersebut. Lhokseumawe awalnya adalah kawasan industri yang terkenal di luar Pulau Jawa, dan telah menarik ribuan pekerja dari Sumatera bagian utara dan daerah sekitarnya. Beroperasinya PT Arun NGL pada tahun 1974 menyebabkan Lhokseumawe tumbuh dengan cepat dan dijuluki sebagai kota ‘petro-dollar’. Namun kejayaan ini mulai mengalami kemunduran ketika kapasitas produksi PT Arun NGL menurun drastis sejak tahun 2000 dan menutup operasinya pada Oktober 2014. Dari perspektif tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki dampak deindustrialisasi di dalam ruang kota dan aktivitas di Lhokseumawe yang menjurus terjadinya fenomena kemunduran kota. Dengan mengambil kawasan ruang kota Cunda Plaza yang sebagai studi kasus, artikel ini berusaha mengungkap permasalahan, potensi dan prospek kemudian memberikan rekomendasi strategi revitalisasi ruang kota tersebut. Metode sinoptik melalui observasi, pemetaan ruang angkasa dan teknik wawancara untuk mengumpulkan dan memeriksa data digunakan dalam penelitian ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kawasan Cunda Plaza memiliki prospek menjadi pusat aktivitas perkotaan baru yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan lain yang berkembang di dalam kota.
Kata-kunci : de-industrialisasi, fenomena urban decline, revitalisasi, placemaking, linkage kota, ruang kota, kegiatan sebagai penggerak.
Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 6.
E 133-140