Layak Huni dan Layak Wisata Pantai
by
Studi Kasus: Pantai Botutonuo, Provinsi Gorontalo
Pratiwi Mushar(1), Shirly Wunas(2)
(1)Labo. Struktur, bahan bangunan, dan konstruksi, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
(2)Labo. Perumahan dan Permukiman, Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Abstrak
Pengelolaan kawasan wisata pesisir pantai umumnya sudah berbasis masyarakat setempat, dan status lahan dominan adalah pemilikan masyarakat. Kondisi tersebut umumnya menimbulkan masalah terhadap tindakan pembangunan dalam wilayah pasang surut air laut. Tujuan pembahasan ini adalah untuk menjelaskan morfologi pembangunan hunian dan fasilitas penunjang wisatanya ditinjau dari konsep keberlanjutan di kawasan pesisir pantai. Data diperoleh dengan cara survei langsung di lapangan, pengamatan lapangan dengan mempergunakan peta dasar, wawancara dengan mempergunakan kuisioner. Data aspirasi masyarakat diperoleh dengan metode pendekatan FGD. Teknis analisis secara spasial dengan mempergunakan peta tematik dengan bantuan peta citra satelit, analisis dibedakan secara sub kawasan yang ditentukan berdasarkan homogenitas dari fungsi lahan. Hasil analisis menunjukkan pembangunan gazebo, rumah untuk homestay dan kegiatan wisata serta kenelayanan telah menimbulkan konflik dalam penggunaan lahan, di wilayah pesisir, ataupun di ruang dataran. Bentuk pembangunan telah mengabaikan kelayakan dan keselamatan wisatawan dan penduduk lokal itu sendiri.
Kata-kunci : kawasan wisata, morfologi, hunian, pesisir
Halaman 071-074
Download PDF :
TI2015-B-071-074-Layak Huni dan Layak Wisata Pantai