TEMU ILMIAH IPLBI

Hunus Sawab1, Zainuddin2, Azhar A Arief3, Nizarli

1 Lab. Desain dan Model Strutur, Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Unsyiah.
2 Lab. Komputasi dan Pemodelan, Prodi PWK, Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Unsyiah.
3 Perencanaan dan Perancangan Kota, Prodi PWK, Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Unsyiah.
4 Lab Desain dan Model Strutur, Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Unsyiah.

Email korespondensi: husnussawab@yahoo.com

https://doi.org/10.32315/ti.6.e127

Abstrak

Maraknya pembangunan dewasa ini khususnya hunian, memberikan wajah dan kekasaran permukaan bumi meningkat. Hal ini salah satunya berdampak pada keberadaan angin yang diguna-kan sebagai pengevaporasi keringat tubuh manusia untuk mencapai kenyamanan termal. Seiring dengan hal tersebut diatas, muncul-lah ide yang berbentuk sebuah informasi keberlanjutan (berkelanjutan Setiap orang adalah desainer (arsitek)”, yang merasa dirinya mampu melahirkan konsep tersebut. Makna dan arti harfiahnya tentu saja berbeda tergantung pada pengalaman dan pendidikan yang diampu selama ini. Bisa saja mempunyai arti yang benar bagi yang mengerti dan bisa juga mempunyai arti yang salah bagi yang tidak memahami, sehingga dalam penerapannya justru yang terjadi sebaliknya “tidak berkelanjutan”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar pemahaman makna keberlanjutan yang ada di dipikiran masyarakat Banda Aceh, dengan kelompok sosial tertentu. Metode yang digunakan adalah pengamatan lapangan dengan metode survey (penyebaran kuesioner). Hasil yang diperoleh adalah masyarakat belum menerapkan secara optimal makna keberlanjutan pada hunian mereka. Hal yang sama sekali belum dipahamai adalah mengenai tiga kerangka dasar dari keberlanjutan itu sendiri, terutama masalah konversi energi.

Kata-kunci : keberlanjutan, hunian, Banda Aceh

Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 6.
E 127-132