Cynthia E.V Wuisang1, Joseph Rengkung2, Dwight M. Rondonuwu3
1 Lab. Bentang Alam/Kelompok Riset Arsitektur Lansekap, Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, UNSRAT.
2 Kelompok Riset Teori, Kritik dan Metode Perancangan, Program Studi Ars/Fakultas Teknik, UNSRAT.
3 Kelompok Riset Perancangan Kota, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, UNSRAT.
Email korespondensi: cynthiawuisang@gmail.com
Abstrak
Istilah ekomuseum belum begitu dikenal di Indonesia, meskipun perkembangan pesat ekomuseum terjadi di Eropa, Amerika dan Asia, dimana masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, pengelolaan dan konservasi lansekap. Konsep lansekap belum banyak disebut dalam literatur ekomuseum meskipun lansekap adalah setting utama dalam sebuah ekomuseum. Tulisan ini meng-explorasi (melalui studi pada dua kawasan permukiman masyarakat yaitu Kampung Jawa Tondano (JATON) yang berada di wilayah urban dan Pulutan, di wilayah perdesaan Kabupaten Minahasa), bagaimana lansekap dideskripsikan sebagai ekomuseum yang menekankan interaksi aktivitas manusia dan lingkungan habitatnya. Metoda yang digunakan adalah deskriptif-explanatif. Kesimpu-lan tulisan ini adalah konsep ekomuseum dapat dipakai sebagai tools dalam mengekspresikan hubungan (linkage) antara kekinian dan masa lalu, lingkungan alam dan sosial masyarakat dalam pelestarian lansekap budaya Minahasa.
Kata-kunci : Lansekap budaya, ekomuseum, Minahasa, Kampung Jawa-Tondano
Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 6.
A 015-022