Syarif Beddu1, Ananto Yudono2, Afifah Harisah3, Mohammad Mochsen Sir4

1 Laboratorium Perancangan Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
2 Laboratorium Perancangan Kota, Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
3,4 Laboratorium Teori dan Sejarah, dan Perilaku Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

Email korespondensi: syarif.beddu@gmail.com

https://doi.org/10.32315/ti.8.e055

Abstrak

Arsitektur tradisional Bugis adalah bangunan kayu bentuk rumah berpanggung, berkolong, dan berstruktur kerangka kayu. Masyarakat Bugis yang dikenal sebagai manusia bahari, gemar melaut, mengembara, berpetualang, sehingga etnik ini dapat dijumpai dimana-mana di seantero nusantara ini, bahkan terdapat beberapa perkampungan Bugis di luar negeri yang situsnya masih dapat dijumpai saat ini. Kebiasaan orang Bugis dimana saja bermukim; maka ia tetap membangun rumahnya berpanggung kayu, yang berarsitektur tradisional. Arsitektur tradisional Bugis lahir berkonsep kearifan lokal, yang dimulai dari pemilihan jenis bahan kayu, menentukan tapak bangunan, proses konstruksi, mendidirikan bangunan, dan naik rumah baru. Konsep-konsep kearifan lokal ini masih tetap dipertahankan dengan melibatkan panrita bola/sanro bola (ahli rumah/dukun rumah) dan panre bola (tukang rumah). Orang-orang mereka ini yang menerap-aplikasikan “nilai-nilai kearifan lokal”, pada arsitektur tradisional Bugis. Setiap tahap pembangunan akan disertai kegiatan ritual-ritual yang bermakna keberhasilan, kesuksesan, kesehatan, bagi pemilik atau penghuni rumah kelak.

Kata-kunci : arsitektur, Bugis, kearifan, lokal, tradisional

Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 8.
E055-E061